Senin, 06 Juni 2011

SELANJUTNYA

Saya bukan ingin menjadi kolektor sepeda kuno,saya cuma ingin mendapatkan sepeda kuno yang menuruti keinginan saya, memenuhi selera saya.Untuk itu saya mesti melalui mempunyai sepeda-sepeda untuk ditimbang dan dirasakan 'bobotnya'.Apakah memenuhi cita rasa saya akan sebuah sepeda,bagaimana seharusnya, atau mengapa ini kusukai. Memang untuk itu terpaksa melalui proses pembelian. Namun seperti orang pada umumnya, saya mencoba mencari sepeda yang saya ingikan,dengan harga seminimal mungkin yang bisa saya peroleh.Itu wajar rasanya.
Kolektor sepeda kuno sudah buaanyak,saya tak perlu lagi menambah jumlah itu. Tapi ternyata dalam pengalaman saya selama ini,ternyata dalam rangka memilih sepeda 'gacoan' para pemancal sepeda lawas butuh untuk melalui memiliki beberapa sepeda dulu. Sehingga sepengenalan saya, setiap pemancal sepeda lawas (saya singkat saja menjadi PANCALA ) cenderung memiliki tidak hanya sebuah sepeda. Karakter dari berbagai merek sepeda memberi tantangan untuk dipahami. Gampangannya: setiap pancala cenderung ingin membuat sepeda lawasnya seorisinal mungkin. Bayangkan jika kita memiliki 5 macam merek sepeda lawas. Akan terbayang cukup banyak waktu,dana dan tenaga untuk dapat membuat pancalannya siap gowes dan siap nampang (di HI,ha ha ha). Tapi demikianlah yang dinamakan hobby. Dari nggak tau apa-apa sama sekali, kemudian mulai menengoknya,kemudian mengikutinya, sampai akhirnya memahami keindahan dan kualitas dalam hobbynya. Jika telah sampai tahap paham,maka saat itulah 'kegilaan' menyerbu. Kegilaan untuk memiliki  subyek yang berkualitas. Kegilaan untuk berburu subyek tersebut.Kalau sudah sampai tahap ini, kita sudah termasuk kecanduan. Ya kini saya sudah dalam tahapan kecanduan akut terhadap sepeda lawas. Semakin mengetahui  seluk-beluk sepeda lawas,semakin kecanduan kita dibuatnya.Semakin terobsesi kita untuk memperoleh sepeda lawas yang kita impikan.
Sebetulnya gampang saja kriteria sebuah sepeda lawas itu untuk dapat memiliki nilai OKE. Semua merek memiliki kriteria yang sama. Pertama:sepeda harus seorisinal mungkin. Selain orisinal,kondisi sebaik mungkin.Kedua:sepeda punya kualitas di atas sepeda lawas pasaran.Artinya tidak semua merek maupun semua type adalah punya kualitas tinggi.Ketiga:biasanya sepeda berkualitas tinggi,pada zamannya juga hanya sedikit pemiliknya,karena lebih mahal harganya.Jadi kejarangan atau kelangkaan menjadi kriteria OKE. Dengan demikian muncullah perburuan pada sepeda-sepeda yang lebih sedikit diproduksi,yaitu biasanya sepeda dengan desain-desain berbeda dengan sepeda umumnya: misalnya CROSS FRAME,GAPIT, atau bentuk aneh lainnya.
Saya sendiri tertarik dengan sepeda merek  BURGERS buatan Belanda. Konon ini sepeda pertama buatan Belanda. Sepedanya sepintas sama saja dengan sepeda kuno lain. Yang membedakannya adalah slebornya memiliki kanal dari ujung depan sampai belakang, dan ujung-ujungnya mencuat. Disitulah saya menemukan keindahannya. Kesan 'kuno' tapi sangat pengkuh terwakili oleh sepeda-sepeda BURGERS ,baik yang dames maupun yang heren. Saya kurang menyukai sepeda kuno buatan Inggris karena bentuk slebornya semua sama. Baik Raleigh,Humber sampai Philips mempunyai bentuk slebor serupa, dan sangat biasa potongannya.
Setidaknya ada 5 macam (type)sepeda BURGERS yang saya tahu beredar di Indonesia. Pertama jenis heren dengan leher pendek,Kedua heren leher panjang (deventer),ketiga dames double tube,keempat dames pastur double tube dengan penyangga seat post.Kelima,model jengki atau wandu.Model dames pastur adalah yang paling jarang. Sampai sekarang saya masih BUMBATA (buka mata buka telinga) untuk memperoleh info,siapa yang akan merelakan Burgers dames pasturnya di alih piarakan ke saya! (ngarep dot com).Burgers tidak menerbitkan type palang maupun gapit.Jadi lebih sempit ruang buruannya.
Sebetulnya pihak yang paling diuntungkan dengan mewabahnya PANCALA, adalah negara produsen sepeda-sepeda lawas tersebut. Betapa tidak? Negara-negara produsen seperti Belanda,Inggris dan Jerman tak perlu membangun sendiri museum dan berburu sepeda lawas produksi negaranya, karena negara Indonesia telah MELESTARIKAN  sepeda-sepeda tersebut secara gratis-tis-tis-tis !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar